Urip kuwi mung sak dermo nglakoni. Artinya “hidup itu hanya sekedar menjalani.” Semua sudah diatur Tuhan. Manusia hanya sebatas menjalani rencanaNya. Ungkapan ini bukan berarti kita hanya pasrah, tetapi justru termotivasi untuk berusaha maksimal sesuai peran kita. Tuhan punya rencana indah untuk masing-masing pribadi kita. Pertanyaannya adalah apakah kita sabar,gigih, bersemangat menjalani dan percaya rencanaNya indah sesuai waktuNya?. Jalan hidup setiap orang pasti berliku-liku. Jalan hidup selalu dinamis,ada tanjakan, turunan, belokan, berlobang, berbatu,licin,ada jurang dalam. Nanum jalan perjalanan itu selalu ada keindahan pemandangan alam,disamping kiri, kanan, depan dan atas. Dinamika perjalan inilah yang perlu maknai. Jika kita melihat kebelakang, kita akan melihat perjalanan yang penuh makna, disanalah kita telah mengukir kisah, tergantung pada apa yang telah kita lakukan.

- Adanya kemauan untuk aktif menjalani kehidupan. Sebagai manusia yang diberikan kesehatan, badan lengkap jasmani rohani, sudah sepantasnya kita berani menghadapi tantangan hidup, persoalan, kesulitan hidup yang sering menghadang. Kita harus selalu aktif mencari solusi dan berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Semangat juang harus kita kobarkan untuk terus dapak mendobrak setiap persoalan hidup yang kita hadapi, baik dalam hidup berkeluarga, bekerja dan bermasyarakat.
- Nglakoni bisa diartikan/dimaknai, adanya nilai keikhalasan dan berserah diri. Sebagai manusia yang percaya Pada Tuhan, Sang Pencipta, Kita yakin ada kekuatan “Gaib” yang menopang setiap orang dalam menghadapi persoalan-persoalan , godaan dan tantangan hidup. Karena itu, walaupun secara aktif kita yang melakukan tindak tindakan nyata untuk mendobrak tantangan-tangan hidup, Kita sadar, bahwa ketika kesuksesan kita dalam Ngaloni Urip dengan mampu melewati semua persoalan dan hambatan-hambatan yang kita alami, kita tidak menjadi Sombong dan berbangga diri. Dan sebaliknya, ketika kita mengalami kegagalan, kita tidak mudah putus asa.
- Nglakoni ada unsur “lakon” atau peran. Dalam menjalani kehidupan ini, kita memiliki peran masing-masing yang saling melengkapi, saling mendukung, saling support. Oleh karena itu jika kita menyadari sepenuhnya, akan peran masing-masing, kita akan selalu memelihara sikap tepa selira atau tegang rasa dan sikap menghargai saat kita “Ngalokoni urip”ditengah-tengah orang lain atau masyarakat. Kita dituntut juga sadar akan lakon atau peran kita, sehingga peran yang diamanahkan Sang Pencipta dapat kita perankan secara optimal dan maksimal. Dalam ngaloni peran secara optimal, maka peran kita dapat dirasakan membawa berkat bagi sesama.
Berkat itu dapat berupa materi ataupun non materi. Berupa materi, jika peran kita dapat membantu orang lain untuk meningkatkan kesejahteraan dan kecukupan. Berupa non materi, jika peran kita dapat membawa kedamaian, persahabatan/persaudaraan, tolerasi dan kebersamaan. Sekalipun natinya kita bisa menjalankan peran secara maksimal sehingga dapat membantu secara materi dan non materi, kita sepantasnya kita tetap rendah hati, tidak sombong atau berbangga diri, karena kita hanya “wayang” saja, sutradara/dalangnya tetap adalah Sang Pencipta. Ketika kita sadar dalam proses Ngalokoni, maka langkah demi langkah, waktu demi waktu yang kita jalani pasti memiliki arti dan makna.
Sekalipun langkah terasa berat, beban semakin berat, waktu terasa lama saat ngalokoni, dengan modal ketulusan dan keikhlasan, kita akan menemukan makna dalam setiap kejadian dalam hidup kita. Saat itu, kita akan belajar banyak hal dalam hidup yang kita jalani, langkah demi langkah akan membawa kita pada tujuan hidup sejati kita. Mungkin tanpa kita sadari, kita sudah Nglakoni berjuta kisah yang pernuh arti yang menghantarkan kita menjadi pemenang sejati.
Urip kuwi mung sak dermo nglakoni. Artinya “hidup itu hanya sekedar menjalani.” Semua sudah diatur Tuhan. Manusia hanya sebatas menjalani rencanaNya. Ungkapan ini bukan berarti kita hanya pasrah, tetapi justru termotivasi untuk berusaha maksimal sesuai peran kita. Tuhan punya rencana indah untuk masing-masing pribadi kita. Pertanyaannya adalah apakah kita sabar,gigih, bersemangat menjalani dan percaya rencanaNya indah sesuai waktuNya?. Jalan hidup setiap orang pasti berliku-liku. Jalan hidup selalu dinamis,ada tanjakan, turunan, belokan, berlobang, berbatu,licin,ada jurang dalam. Nanum jalan perjalanan itu selalu ada keindahan pemandangan alam,disamping kiri, kanan, depan dan atas. Dinamika perjalan inilah yang perlu maknai. Jika kita melihat kebelakang, kita akan melihat perjalanan yang penuh makna, disanalah kita telah mengukir kisah, tergantung pada apa yang telah kita lakukan.



- Adanya kemauan untuk aktif menjalani kehidupan. Sebagai manusia yang diberikan kesehatan, badan lengkap jasmani rohani, sudah sepantasnya kita berani menghadapi tantangan hidup, persoalan, kesulitan hidup yang sering menghadang. Kita harus selalu aktif mencari solusi dan berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Semangat juang harus kita kobarkan untuk terus dapak mendobrak setiap persoalan hidup yang kita hadapi, baik dalam hidup berkeluarga, bekerja dan bermasyarakat.
- Nglakoni bisa diartikan/dimaknai, adanya nilai keikhalasan dan berserah diri. Sebagai manusia yang percaya Pada Tuhan, Sang Pencipta, Kita yakin ada kekuatan “Gaib” yang menopang setiap orang dalam menghadapi persoalan-persoalan , godaan dan tantangan hidup. Karena itu, walaupun secara aktif kita yang melakukan tindak tindakan nyata untuk mendobrak tantangan-tangan hidup, Kita sadar, bahwa ketika kesuksesan kita dalam Ngaloni Urip dengan mampu melewati semua persoalan dan hambatan-hambatan yang kita alami, kita tidak menjadi Sombong dan berbangga diri. Dan sebaliknya, ketika kita mengalami kegagalan, kita tidak mudah putus asa.
- Nglakoni ada unsur “lakon” atau peran. Dalam menjalani kehidupan ini, kita memiliki peran masing-masing yang saling melengkapi, saling mendukung, saling support. Oleh karena itu jika kita menyadari sepenuhnya, akan peran masing-masing, kita akan selalu memelihara sikap tepa selira atau tegang rasa dan sikap menghargai saat kita “Ngalokoni urip”ditengah-tengah orang lain atau masyarakat. Kita dituntut juga sadar akan lakon atau peran kita, sehingga peran yang diamanahkan Sang Pencipta dapat kita perankan secara optimal dan maksimal. Dalam ngaloni peran secara optimal, maka peran kita dapat dirasakan membawa berkat bagi sesama.
Berkat itu dapat berupa materi ataupun non materi. Berupa materi, jika peran kita dapat membantu orang lain untuk meningkatkan kesejahteraan dan kecukupan. Berupa non materi, jika peran kita dapat membawa kedamaian, persahabatan/persaudaraan, tolerasi dan kebersamaan. Sekalipun natinya kita bisa menjalankan peran secara maksimal sehingga dapat membantu secara materi dan non materi, kita sepantasnya kita tetap rendah hati, tidak sombong atau berbangga diri, karena kita hanya “wayang” saja, sutradara/dalangnya tetap adalah Sang Pencipta. Ketika kita sadar dalam proses Ngalokoni, maka langkah demi langkah, waktu demi waktu yang kita jalani pasti memiliki arti dan makna.
Sekalipun langkah terasa berat, beban semakin berat, waktu terasa lama saat ngalokoni, dengan modal ketulusan dan keikhlasan, kita akan menemukan makna dalam setiap kejadian dalam hidup kita. Saat itu, kita akan belajar banyak hal dalam hidup yang kita jalani, langkah demi langkah akan membawa kita pada tujuan hidup sejati kita. Mungkin tanpa kita sadari, kita sudah Nglakoni berjuta kisah yang pernuh arti yang menghantarkan kita menjadi pemenang sejati.